Senin, 27 Oktober 2008


SUKMAWATI SUKARNO
PUTRI BUNG KARNO YANG TERANIAYA

Oleh. * Ir. Rinto Handoyo

     SIMPANG siur berita masmedia, telah membingungkan masyarakat mengenai kekurangan persyaratan para calon anggota legislativif, yang diduga Palsu atau dipalsukan. Apabila hal tersebut terjadi kepada seseorang atau orang biasa maka sudah dapat diduga hasilnya, yaitu caleg tersebut gagal mengikuti putaran pertandingan di pesta demokrasi 2009, dan hanya sebatas itu. Tetapi kalau hal tersebut terjadi pada Ketua Umum Partai, yaitu PNI Marhaenisme, yang juga salah satu Putri Proklamator maka hal ini menjadi polemic yang rentan terhadap politisasi masalah.
     Oleh sebab itu kami mau melakukan klarifikasi masalah tersebut, agar masyarakat atau rakyat Indonesia mengerti apa sebenarnya hal yang dialami oleh Ketua Umum Partai Nasional Indonesia Marhaenisme Sukmawati Sukarno. Untuk memahami komplek permasalahan marilah kita kembali pada masa ketika Putri sang Proklamator tersebut masih usia remaja.
    Pada tahun 1967, Prutri Sang Proklamator yang diberi nama Dyah Mutiara Sukmawati Soekarno adalah seorang remaja berusia 15 tahun. Saat itu angin politik di Indonesia sangat tidak berfihak kepada pemimpin Revolosi, sang Proklamator sekaligus Presiden Republik Indonesia Pertama. Tekanan represif yang dilakukan oleh tentara kepada hal-hal yang berbau Sukarno sangatlah keras, perlakuan buruk ini tidak hanya diberlakukan kepada pengikutnya, tetapi juga terhadap Putra Putri Sukarno. Ada komando yang tidak tertulis dari pemimpin Orde Baru, yaitu Suharto untuk melakukan pembunuhan sosial secara genoside terhadap anak anak Soekarno dengan melarang anak sang Proklamator untuk bersekolah. Meneror sekolahan dimana Putra Putri Bung Karno bersekolah, atau mengancam kepala sekolah dimana Putra Putri Bungkarno belajar.
     Saat itu perguruan Cikini menolak, kasarnya mengusir DM Sukmawati serta kakaknya untuk melanjutkan sekolah pada perguruan tersebut, melihat hal demikian sang kakak Megawati mencarikan sekolahan yang mau menerima adiknya untuk dapat belajar, maka didapat salah satu sekolah Negeri yang berani menerima Putri sang Proklamator. Sekolah tersebut.adalah SMA N 3, ini juga di sebabkan karena saat itu Kepala Sekolah di jabat oleh Bapak Alfon yang Soekarnois. Maka mulailah Putri sang Proklamator tersebut bersekolah, di sekolahan tersebut dengan segala dinamikanya dibawah tekanan kondisi politik Rezim Orde baru yang represif , dan menginginkan agar anak Soekarno tidak sekolah. Walaupun kondisinya dibawah tekanan politik yang sangat represif akhirnya berhasil mendapatkan ijazah dari sekolahan tersebut.
    Duapuluh delapan tahun sudah berlalu, perjalanan perpolitikan Indonesia mengalami perobahan yang revolosioner, hal tersebut diawali adanya gerakan reformasi yang dimotori oleh para Mahasiswa, juga termasuk DM Sukmawati Sukarno ikut andil dalam menggerakkan reformasi. Sayangnya reformasi yang dilakukan para mahasiswa tersebut tidak di tindak lanjuti oleh para politikus senior dengan baik, sehingga penderitaan yang di alami para korban politik masih menyisakan persoalan hingga saat ini, salah satu hal adalah tidak ada rehabilitasi para korban Rezim Suharto atas kesalahan yang dilakukan secara sistemik atau kasuistis terhadap para korban.
    Kami tidak ingin bicara asli atau palsu sebuah ijazah, tetapi yang akan kita pertanyakan adalah dimana hati nuraini bangsa ini, dimana kecerdasan bangsa ini, dimana kebijakan Negara ini yang secara populasi penduduk dapat dikatakan Negara besar. Kita berkutet mempersoalkan kesalahan administrasi, sementara yang melakukan kesalahan tersebut adalah rezim. Sukmawati, putri sang Proklamator bukan minta konsesi tambang emas di Papua, Sukmawati, putri sang Proklamator bukan meminta kosesi tambang minyak di Riau, Sukmawati, putri sang Proklamator bukan meminta HPH hutan lindung, Sukmawati, putri sang Proklamator bukan meminta keringanan atas kredit macet yang dipinjam dari Bank, Sukmawati ,putri sang Proklamator bukan minta keringanan hukuman karena Korupsi, Sukmawati, putri sang Proklamator hanya mau menyuarakan suara rakyat lewat pemilihan Legislatif, serta ingin melanjutkan cita cita dan ajaran sang Bapak, Marhaenisme.
    Seharusnya kita sebagai bangsa besar malu, tidak dapat menjaga Sukmawati putri sang Proklamator dari kesulitan administrasi yang dilakukan bukan oleh dirinya. Siapa yang harus bertanggungjawab atas kesalahan sistemik yang dilakukan rezim masa lalu, apakah Dikti tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan arif, atau Presiden yang berkuasa saat ini tidak dapat melakukan tindakan yang bijak atau semua pejabat yang menikmati jabatan mereka tidak dapat memberi sedikit pencerahan, karena perlu diingat tanpa kemerdekaan yang di proklamirkan oleh Bung Karno belum tentu ada Presiden RI ke 6, oleh sebab itu biarlah Rakyat yang menilai bagaimana sikap mikul duwur mendem jero tersebut, yang dapat dilakukan oleh penguasa negri ini.

* Penulis Ketua Organisasi DPP PNI Marhaenisme



Sabtu, 25 Oktober 2008



SUKMAWATI SUKARNO
Deklarasi Dukung Barack Obama
     SUKMAWATI Sukarno deklarasikan dukung kandidat Presiden AS, Barack Obama. Hal itu diungkapkannya dalam acara seminar untuk memperingati hari Sumpah Pemuda di Gedung Caraka Loka Departemen Luar Ngeri Jl. Sisingamangaraja No. 73, Jakarta Selatan, Rabu siang. (22/10)
    Dalam acara seminar dengan tema: Dengan semangat Sumpah Pemuda Kita Tingkatkan Penan Pemuda dan Hubungan internasional dalam membangun Indonesia lebih baik. Dengan pembicara antara lain DM Sukmawati Sukarno makala yang disampaikan Pernan PNI Marhaenisme dalam hubungan internasional guna menwujudkan kondisi politik yang kondusif.
Makala lainnya disampaikan oleh pakar Sejarah UI Dr. Angar Gongong dengan makala Peranan Pemuda dalam membangun Indonesia lebih baik dan Drs. Paiman Raharjo, MM, MSi menyampaikan makala Pernana Partai politik dalam sosialisasi dan pemberdayaan partisiapasi politik masyarakat.
    Acara dimulai pukul 07.00 Wib dan berakhir pukul 13.30 WIB dan dihadiri seluruh fungsionaris DPP PNI Marhaenisme, Caleg DKI dan para undanga serta ratusan mahasiswa Se-Jakarta.
     “Saya secara tegas mendukung Senator Illinois Amerika Serikat, Barack Obama dari Partai Demokrat untuk menjadi Presiden Amerika Serikat. Saya mendukung Obma bukan tak ada alasan. Bila terpilih Obma akan berjanji menarik tentara dari Irak dan negara-negara Arab,”terang ibunda artis Paundra.
     Secara tegas Ketua Umum DPP PNI Marhaenisme mendukung Senator Illinois Amerika Serikat, Barack Obama menjadi Presiden AS karena PNI Marhaenisme dan Partai Demokrat Amerika Serikat sama-sama mencintai human rights.
    “PNI Marhanisme dan Partai Demokrat Amerika Serikat sama mendukung human rights. Selain itu Obama merupakan kendidat Presiden AS pertama yang berkulit berwarna.,” terang Putri ketiga Bung Karno ini berapi-api. (****)

Teks: DM Sukmawati Sukarno




Senin, 13 Oktober 2008

Artis Berjubel di partai besar
PNI Marhaenisme tolak Caleg Artis

  JAKARTA - Lebih dari 50 artis menjadi Calon Legislatif (Caleg) dicalonkan Parpol besar yang diumumkan Komisi Pemiluhan Umum (KPU). Melihat kenyatan PNI Marhaenisme tidak gentar. Sebab Caleg PNI diutamakan adalah kader atau amsyarakat yang ingin berjuang membela rakyat bersama PNI Marhaenisnme.
“PNI Marhaenisme punya konsep tentang pencaolnan Caleg. PNI tidak berselera untuk menjadikan artis sebagai Caleg. Masih banyak kader PNI yang bisa jadi Caleg. Buat manfaatnya Caleg artis? Kalau artis itu kader PNI itu tak masalah,” Kata Pemenangan Pemilu (PAPPU) DPP PNI Marhaenisme Drs. Yan Melani Ali  Asli menjelaskan.
   Para artis itu diantaranya Thessa Kaunang, Ricky Jo, Tamara Geraldine, Ronny Pangemanan (komentator bola di TV), Jeremy Thomas, Tantowi Yahya, Nurul Arifin,   Venna Melinda, Tere, Angelina Sondakh, Adjie Massaid, Miing Bagito, Rieke Dyah Pitaloka, Eddo Kondologit, Sonny Tulung, Wulan Guritno,  Marini Zumarnis,  Eko Patrio,  Ikang Fawzi,  Eka Sapta,  Lucky Artadipraja,  Intan Sevilla,  Poppy Maretha,  Irene Librawati,  Derry Drajat,  Adrian Maulana,  Raslina Rasyidin,  Tito Soemarsono,  Maylaffayza,  Mandra,   Mara Karma,  Cahyono,  Krishna Mukti, Henidar Amroe, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati, Feryy Irawan, Evi Tamala, Mieke Wijaya, Emilia Contessa, Marissa Haque, Kristina, Gusti Randa, Anwar Fuadi, Elsa Syarif (pengacara kondang) dan Mutiara Sani.
   Ketua Panitia Pemenangan Pemilu PNI Marhaenisme Drs. Yan Melani Ali Asli tak kecewa partainya tak ada artis. Menurutnya, artis itu tak punya nilai juang. “Perjuangan itu kristalisasi keringat. Apakah artis mau berkeringat di partai? Belum tentu juga mereka mau berkeringat untuk rakyat jika jadi anggota dewan,” cetusnya.
  Bahkan Drs. Yan Melani Ali Asli meragukan loyalitas para artis bila duduk di legislatif. Pridoe Pemilu 2004-2009 ada beberapa artis yang duduk di legislatif telah membuktikan. Para artis itu “tak berbunyi” selama di DPR. Bukan urusan negara atau rakyat yang membuat mereka besar, melainkan karena gosip dan beritanya pun di infotainmen.
  “Simak saja, apakah ada artis yang bersuara lantang membela rakyat? Sangat jarang sekali mereka bicara soal rakyat. Kalaupun ada pemberitaan tentang artis di legislatif, beritanya ditayangan di infotainmen. Itu alasannya, mengapa PNI Marhaenisme kurang begitu berminat menjadi artis sebagai Caleg,” papar Yan Melani Ali Asli. (amrs)



Jumat, 26 September 2008


Buka Puasa Bersama:
Gus Dur dukung PNI Marhaenisme

   K.H. Abdurrahman Wahid mendukung PNI Marhaneisme pada Pemilu 2009 mendatang. Hal itu diungkapkan Gus Dur saat berbuka puasa bersama dengan PNI Marhaenisme di Sekretariat DPP PNI Marhaenisme, Jalan Gudang Peluru Jakarta, Jumat Malam (26/9).
   Kehadiran Gudur di “kandang banteng” disambut ratusan kader, Caleg dan fungsionaris DPP PNI Marhaenisme. Meski Gus Dur terlambat 30 menit dari jadwal yang telah ditetapkan panitia, namun acara berjalan dengan hikmat dan bergairah.
   “Semangat kebangsaan atau nasionalisme yang dibangun Bung Karno harus tetap kita jaga. Bung Karno sendiri ketika masih muda sering berkumpul dengan para pendiri NU,” kata Gus Dur disela-sela ceramahnya.
   Seyogyanya Gus Dur memberikan ceramahnya jelang buka puasa, namun karena harus cuci darah dan mampir ke kantornya Jl. Salemba, Jakarta, kehadiran Gus Dur terlambat.
Gus Dur juga menyatakan bahwa bangsa Indonesia dibangun dengan falsafah Pancasila dan UUD 45. Para tokoh Islam saat itu tidak mendukung Piala Jakarta diterapkan di Indonesia dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( BPUPKI). Jadi tak ada alasan untuk menerapkan Piala Jakarta, papar Gus Dur dalam ceramahnya.
   “Para tokoh Islam dalam sidang BPUPKI menolak Piagam Jakarta. Jadi tak mungkin sekarang ini Piala Jakarta diterapkan. Bhineka Tunggal Ika telah menyatuhkan kita sebagai satu bangsa,” terang Gus Dur.
   Dalam kesempatan itu Ketua Umum DPP PNI Marhaenisme DM Sukmawati Sukarno menyatakan bahwa Gus Dur merupakan tokoh panutan yang bisa menyatuhkan bangsa Indonesia.
   “Gus Dur adalah aset bangsa. Beliau mampu menyatuhkan seluruh elemen bangsa ini. PNI dan Gus Dur sama-sama mengusung nasionalisme,” kata DM Sukmawati Sukarno dalam sambutannya.
    Dalam kesempatan itu DM Sukmawati juga menghimau kepada kader NU untuk merapatkan barisan dibarisan PNI Marhenisme. “Selamat datang Gus ke “kandang Banteng”, juga kepada kader-kader Gus Dur selamat datang juga ke “kandang banteng”,” ucap DM Sukmawati sesaat Gus Dur tiba yang diambut apluse seluruh hadirin.
GUS DUR DIDUKUNG KADER PNI
   Dalam kesempatan itu kadar PNI Marhanisme mendukung Gus Dur sebagai Presiden dan DM Sukmawati sebagai Cawapres. Biar belum fnal, namun para kader yang hadir sangat antusias kedua pasangan itu merupakan pasangan yang pas untuk bisa mempimpin bangsa ke depan.
   “Kami kader PNI Marhaenisme mendukung Gus Dur jadi Capres dan Mbak Sukmawati sebagai Cawapres pada Pemilu 2009 mendatang. Seabab keduanya sama-sama mengusung nasionalisme,” kata Ketua Organisasi DPP PNI Marhaenisme Ir. Rinto Handoyo, meyakinkan.
Ketum DPP PNI Marhenisme DM Sukmawati Sukarno belum memutuskan apakah dia akan maju ke Pilpres mendatang. “Kader PNI boleh-boleh saja mengusualkan saya sebagai Capres, tapi semuanya lewat mekanisme partai,” terang DM Sukmawati Sukarno diplomatis. (****)

Teks: Foto Gus Dur didampingi Ketum PNI Marhaenisme DM Sukmawati Sukarno dan Sekjen PNI Marhaenisme Ardy Muhammad, MBA



Jumat, 15 Agustus 2008


DM Sukmawati Sukarno
Tampil dalam Cafe Democrazy Metro TV


   Ketua Umum DPP PNI Marhaenisme DM Sukmawati Sukarno tampil dalam acara Cafe Democrazy tayangan Metro TV . Program Cafe Democrazy akan ditayangkan perdana pada bulan September pukul 18.30, Jumat (5/9) jika tak ada halangan.
   Dalam remakan yang dilaksanakan di Studio Metro TV di Wisama Mampang, Kamis malam (14/8) lalu Ibu Sukmawati didampingi presenter kocak Ucup Klik dan presenter cantik Dona.
DM Sukmawati Sukarno selain berbicara tentang artis Marhaenisme, juga tampil membacakan puisi hasil tulisannya yang ditulisnya sejak tahun 1971. Acara Cafe Democrazy yang ditayangkan untuk jelang Pemilu 2009 itu DM Sukmawati Sukarno membaca puisi dengan berapi-api.
   “Marhaenis itu tidak saja membela kaum buruh dan tani saja. Tapi semua masyarakat, baik tukang becak, warung-warung kecil atau masyarakat kecil lainnya harus bisa hidup sejahtera itulah yang diperjuangan kaum Marhaenis,” kata Sukmawati dalam acara yang berdurasi 30 menit itu.
   Selain Ketua Umum DPP PNI Marhaenisme yang ditampil sebagai nara sumber utama, hadir juga fingsionaris DPP dan DPD serta DPC PNI Marhaenisme se-DKI Jakarta. (amrs)

Teks: DM Sukmawati Sukarno saat di Studio Metro TV (amrs)



Jumat, 25 Juli 2008


Pemilu 2009 DPC PNI M Kab. Bogor
Targetkan satu frakasi


DPC PNI Kab. Bogor targetkan satu fraksi dalam Pemilu 2009 mendatang. Hal itu diungkapkan Ketua DPC PNI M. Ilyas BE, Jumat (25/7) kemarin. Terget itu menurut M. Ilyas BE bukan isapan jepol belaka. Sebab katanya, PNI M Kab. telah menyiapkan 35 Dewan Pimpinan Anak Cabang (DPAC) dari 40 DPAC se-Kabupaten Bogor.
“Target DPC PNI Marhaenisme Kabupaten Bogor pada Pemilu 2009 satu frakasi. Target ini bukan muluk-muluk. Kami sudah turun ke bawa dan melakukan dialog. Akar rumput antusias bisa bersama PNI M akan melakukan perubahan,” kata Ketua DPC PNI M Kab. Bogor M. Ilyas BE di sekretariat Jalan Raya Puncak, Cibeureum, Cisarua, Kabupaten Bogor.
Program yang akan dikembangkan DPC PNI M Kab. Bogor menciptakan lapangan kerja dengan mengembangkan argo bisnis. Menurut M. Ilyas BE Kabupanten Bogor sangat potensial dalam bidang pertanian, industri dan argo wisata.
“PNI M sudah bergerak ke akar rumput. Masyarakat sangat mengharapkan program yang nyata. Mereka sudah jenuh dengan program-program yang muluk-muluk,” terang M Ilyas BE menambahkan.
Menurut Sekretaris DPC PNI M Kab. Bogor Sri Amanto M program yang ditawarkan PNI M sangat diterima masyarakat. “Ketika kami turun ke akar rumput, tidak hanya kaum Marhaenis yang menyambut kehadiran PNI M, tapi seluruh masyarakt Kabupaten Bogor, “ terang Sri Amanto M.
SOULTAN SALADIN SIMPATISAN PNI M
Melihat program DPC PNI M Kabupaten Bogor yang begitu nyata membuat aktor kawakan Soultan Saladin bersimpatik dan siap membantu dalam hal pemikiran, ekonomi dan budaya.
“Sebagai seorang aktor saya siap membantu PNI M dalam mengembangkan kebudayan di Kabupaten Bogor dan Kotamaya Bogor. Saya siap membantu masyarakat mana saja, termasuk PNI M. Selain itu, program-program yang ditawarkan PNI M sangat realistis,” kata aktor yang mengkau sebagai simpatsian PNI Marhaenisme. (amrs)

Teks foto: Ketua PNI M Kab. Bogor M. Ilyas BE ( kiri) dan Sekretaris PNI M Kab. Bogor Srio Amanto M (kanan) dan aktor Soultan Saladin


Senin, 21 Juli 2008


PNI Marhaenisme
Mengundang  Masyarakat jadi Caleg


     PNI Marhaenisme menggudang Warga Negara Indonesia untuk menjadi Calon Legislatif (Caleg) untuk DPRD Kabupaten dan Kota, DPRD Propinsi serta DPRI RI. Hal ini diungkapkan Ketua PAPPU (Penitia Pemenangan Pemilu) PNI Marhanenisme Yan Ali Asli, Jumat (18/7), kemarin.
    “PNI Marhaenisme mengudang masyarakat untuk menajdi Caleg dari PNI Marhaenisme. Sebab, PNI Marhaenisme adalah partai terbuka. Selain itu, PNI memiliki basis yang jelas yakni warga yang cinta NKRI, UUD 45 dan Pancasila. Selain itu PNI konsisten membela warga yang terpinggirkan,” kata Yan Ali Asli meyakinkan.
Menurut Yan Ali Asli, mengudang warga negara sebagai Caleg dari PNI Marhaenisme merupakan hasil Rapat Pelno DPP PNI Marhaenisme pada Jumat (18/7) lalu.
    “Ibu Sukmawati meminta masyarakat untuk tidak segan-segan menajdi Caleg dari PNI Marhaenisme. Sebab PNI satu-satunya partai yang didirikan Bung Karno,” terang Yan Ali saat ditemui di Skeretariat DPP PNI Marhaenisme, Jalan Gudang Peluru, Jakarta Selatan.
     Menurut Ketua PAPPU PNI Marhaenisme masyarakat yang ingin mencalonkan diri sebagai Caleg dapat menghubungi skeretariat DPC dan DPD serta DPP PNI. Untuk Caleg DPRD Kabupaten dan Kota dapat menghubungi skretariat DPC PNI Marhaninsme, sedang untuk DPRD Propinisi dapat menghubungi sekretariat DPD PNI Marhaneinsme. Untuk menajdi Caleg DPR RI dapat menghubungi skretariat DPP PNI Marhaenisme.
Selain itu juga Yan Ali Asli menyatakan proses mendaftaran menjadi Caleg dari PNI Marhaenisme tidak berbelit-belit. Bahkan Yan Ali Asli menjanjikan tidak akan dalam pendaftaran semua masyarakat akan dilayani secara baik, santun dan tanpa birokarsi yang memusingkan.
    “Bagi masyarakat Indonesia dibuka kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi Caleg. Untuk itu, masyarakat tidak perlu segan dan ragu untuk menjadi Caleg PNI Marhaenisme,” papar Yan Ali Asli meyakinkan. (amrs)

Rabu, 11 Juni 2008

7 DOSA SOSIAL


Teks Poto: Dosa Sosial: Di depan Kantor Partai Nasional Indonesia (PNI) Sumut ada spanduk bertuliskan 7  Dosa Sosial. Rupanya 7 dosa ini dianggap PNI sebagai penyakit yang menggerogoti nilai-nilai kebangsaan di negri ini. Foto diambil, Rabu (11/6).
-kiriman Ayub Gaya Medan

Sabtu, 07 Juni 2008

KPU Akui PNI-Marhaenisme Pimpinan DM Sukmawati Sukarno



Partai Nasional Indonesia Marhaenisme (PNI-Marhaenisme) siap bertarung dalam Pemilu 2009 mendatang. Hal itu diungkapkan DM Sukmawati Soekarnoputri Ketua Umum DPP PNI-M saat menyerahkan formulir sebagai Partai Politik Peserta Pemilu (P4) di kantor KPU Pusat, Rabu (9/4) lalu.
“Dengan serahkannya formulir sebagai peserta Pemilu, artinya PNI Marhaenisme siap untuk bertarung pada tahun 2009 mendatang,” kata DM Sukmawati Soekarnoputri di kantor KPU Pusat, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Dalam penyerahkan berkas formulir sebagai Partai Politik Peserta Pemilu, Sukmawati didampingi Hardi Muhammad, Sekjen dan fungsionaris DPP PNI Marhaeninsme lainnya.
PNI Marhaenisme untuk menyosong Pemilu 2009 akan menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Sidang Badan Pekerja Kongres (BPK) yang akan digelar pada bulan Mei medatang di Wisma DPR RI, Cisarua Bogor.
“Untuk menghimpun kekuatan kaum Marhaenis agar lebih solid dan kuat, PNI Marhaenisme segera menggelar Rapimnas dan Sidang BPK. Dalam Rapimnas dan Sidang BPK disitu akan membahas program kerja, visi dan misi partai ke depan,” kata Sukmawati penuh semangat.
TETAP SOLID
Sebagai sebuah partai PNI Marhaenisme tetap solid. Dalam kesempatan itu DM Sukmawati menghimbau kepada para kader dan DPD dan DPC jangan terpancing dengan oknum-okum yang menyatakan diri kaum Marhaenis namun menganggu konsolidasi di daerah.
“Saya mendapat kabar dari DPD dan DPC ada beberapa oknum yang menyatakan dirinya Marhaenis namun mengacaukan stabilitas DPD dan DPC di seluruh Indonesia. Kaum Marhaenis sejati getol dengan persatuan. Kalau ada oknum yang memecah bela itu bukan kaum Marhaenis,” tegas DM Sukmawati Soekarnoputri.



DPP PNI MARHAENISME SELAMATAN SETELAH DIAKUI MENKUMHAM RI






DPP PNI Marhaenisme pimpinan DM Sukmawati Sukarno gelar upacara selamatan setelah diakui oleh Menkumham RI di sekretariat DPP PNI Marhaenisme pada bulan Mei 2008 lalu. Seluruh fungsionaris DPP PNI Marhaenisme berfoto bersama.

RAKYAT PERLU SUKMA BICARA


Rakyat merindukan Sukma bicara.
Tidak hanya retorika.
Rakyat sudah muak dan jenuh dengan permainan kata.
Sukma berbicara akan menyentuh hati rakyat.
Lama sudah sukma rakyat tak tersentuh.
Bila sukma yang bicara hati rakyat akan bergetar.
Berjuang untuk mempertahankan keutuhan NKRI
dan kesatuan bangsa adalah impian rakyat.
Mengapa komponen bangsa bertarung,
adu jotos dan saling menjorokan?
Jawabnya; sukma mereka tak bicara.
Hanya kepentingan sesaat yang mereka usung.
Bicaralah dengan Sukma maka rakyat akan tenang.

Senin, 24 Maret 2008

Kaum Marhaenis, Bersatulah!


     Sukmawati Sukarno tampak lebih kental sebagai anak ideologis Bung Karno. Partai yang didirikan dan dipimpin-nya diberi nama Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme, dideklarasi-kan 20 Mei 2002. PNI Marhaenisme, kata Sukmawati, merupakan kelanjutan dari PNI yang didirikan oleh ayahnya Bung Karno, Bapak Marhaenisme, Presiden RI pertama, Bapak Bangsa Indonesia, Proklamator Kemerdekaan Indonesia, bersama kawan-kawannya pada 4 Juli 1927 jauh sebelum Indonesia merdeka. PNI Marhaenisme menetapkan “Marhaenisme Ajaran Bung Karno” sebagai asas partai. Sejarah membuktikan PNI semenjak didirikan merupakan partai sejati, partai progresif revolusioner, anti kapitalisme, anti imperialisme, dan anti kolonialisme. Partai itu berjuang untuk kejayaan rakyat, bangsa, dan negara Republik Indonesia.
Selama 32 tahun rezim Orde Baru berkuasa, dengan segala cara, telah terjadi de-Sukarnoisasi termasuk melumpuhkan Partai Nasional Indonesia. Untuk itulah Sukmawati hadir mengaktualkan kembali relevansi paham marhaenisme agar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bangsa baik dalam ucapan maupun perbuatan lewat pendirian partai PNI-Marhaenisme.
     PNI-Marhaenisme merupakan kelanjutan dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh ayahnya Bung Karno, Bapak Marhaenisme, Presiden Republik Indonesia pertama, Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri lahir di Jakarta, 26 Oktober 1951. Bersuamikan Muhammad Hilmy, dia dikaruniai tiga orang anak yang sudah beranjak dewasa. Sehari-hari Sukmawati bergelut sebagai politisi, artis, dan pengusaha swasta. Sebagai ketua umum partai dia aktif berpolitik. Sebagai artis dia antara lain menulis cerita film, menulis puisi, dan menulis atau menyadur buku-buku. Tahun 2003 dia sukses meluncurkan buku Sarinah saduran dari karangan ayahnya sendiri Bung Karno. Buku itu berisi pokok-pokok perjuangan perempuan Indonesia sepanjang perjalanan bangsa. Setiap diskusi, seminar, atau pertemuan yang membahas hak-hak politik dan budaya berikut peranan wanita Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.