Kamis, 22 Januari 2009

PNI Marhaenisme
Kecam  Sinetron Tak Mendidik

   
   JAKARTA- PNI Marhaenisme mengkritik tayangan sinetron TV yang kian hari tidak mermutu dan tidak mendidik. Menurut PNI Marhaenisme semua tayangan sinetron yang ditayangan saat ini hanya mengangkat kisah percintaan. Tujuan ditayangkannya sinetron percintaan itu lebih kepada mengajar rating. Kenyataan itu mengakibatnya sinetron tayangan TV miskin dengan keragaaman tema yang akhirnya menumpulkan kreatifitas para praktisinya.
       “Tayangan sinetron TV sudah keterlaluan. Semua bercerita tentang cinta remaja. Parahnya cinta yang diproduksi semuanya cinta dengan lawan jenis. Laki dan perempuan. Bukankah cinta itu universal?” kata Ketua Departmen Kebudayaan dan Parawisata DPP PNI Marhaenisme Ahmad Merizal Sutomo.
Menurut Ahmad Merizal Sutomo cinta itu luas. Tidak hanya kepada lawan jenis yang mengakibatkan generasi muda terlena dengan urusan cinta. Cinta tanah air, cinta kepada ibu, cinta pada kampung halaman, cinta pada teman, cinta kepada pahlawan menjadi tontonan asing dalam sinetron di negeri ini. Saat ini, telah ada 11 stasiun televisi yang bersiaran secara nasional. Siaran ini dapat ditangkap oleh sekitar 40 juta rumah tangga yang memiliki televisi di Indonesia. Bila satu rumah tangga beranggotakan 5 orang, artinya penonton TV di Indonesia mencapai kurang lebih 200 juta jiwa
“Saya prihatin dengan kondisi sinetron di negeri ini. Hendaknya pihak yang terkait mau memperhatikan masalah ini. Para produser dan pihak pengelola TV jangan hanya mengejar rating. Ayo melekkan anak-anak muda dengan memilih tema yang cerdas,” kata Ahmad Merizal Sutomo dengan lantang.
   Menurutnya lagi, sinetron itu cukup berbahaya. Sebab dicekokin setiap harinya dengan urusan cinta asmara. Mengakibatkan generasi muda hanya peduli dengan dirinya sendiri. Selain itu dampak dari tayangan sianetron tersebut mengakibatkan generasi muda menjadi individu yang mau enaknya saja. Hanya menjadi generasi pengekor dan kosumeris. Tidak menjadi pemuda pelopor.
   “Lihat saja tayanganya lebih menjual konflik air mata dan derita dari cinta itu sendiri. Jarang sekali kita lihat tayangan sinetron yang memberikan semangat hidup. Jangan mimpi ada semangat nasionalisme dalam sinetron kita dewasa ini. Sinetron Cinta Fitri, Larasti, Alisa, Cucu Manantu, Lia dan lain-lainnya semua senafas, yakni rohnya hanya soal amor. Memalukan sekali. Apa praktisi sinetron hanya mampu membikin cinta amor? Begitu miskinkah kreatifitas para sineas negeri ini?” Kata Merizal dengan lantang.
    Menurut Ahmad Merizal Sutomo negeri ini kaya dengan keragamaman tema, tapi dimsikinkan oleh industri TV yang berdalih mengikuti selera pasar. Menurutnya lagi, tidak pernah pasar seleranya sendiri. Tapi pihak TV yang membentuk pasar itu sendiri.
“Apakah pernah masyarakat dilibatkan? Tidak kan! Para pembuat sinetron itu sendiri yang membentuk pasar. Untuk itu saya minta pihak pengelola TV menghentikan tayangan sinetron percintaan murahan. Masak, anak SMP sudah ajarkan soal pacaran?” terang Ahmad Merizal Sutomo.
     Untuk itu kata Ahmad Merizal Sutomo meminta kepada masyarakat untuk cerdas dalam memilih tayangan. Jangan hanya mau dicekokin tayangan cinta buta. Meminta kepada pihak TV lebih selektif lagi dalam memilih tema sinetron jangan hanya mengejar rating untuk mengejar nilai komersial tapi tanpa memperdulikan masukan dari masyarakat. Selama ini katanya lagi, masyarakat hanya menjadi objek, tanpa pernah masyarakat yang jamak dan multi kultur ini diminta masukannya.
    Ahmad Merizal Sutomo cukup prihatin dengan kondisi persinetronan dewasa ini. Untuk itu ia meminta kepada semua elemen masyarakat untuk mengkitisi tayangan sinetron dan TV yang tak bermutu. Bila iklan prodak tidak dibeli masyarakat, dengan sendirinya para pengiklan dan pihak pengelola TV pun akan bekerja keras untuk membikin tayangan sianetron yang bermutu.
    “Kalau pihak pengelola TV tidak mau merubah konsep tayangan sinetron lebih baik tak usah menonton tayangan sinetron. Bila perlu masyarakat tidak membeli prodak yang iklannya itu membiayai sinetron picisan. Pihak orang tua pun jangan biarkan anaknya menonton sinetron percintaan yang tak ada faedahnya untuk kecerdasaan anak,” himbaunya. (****)



Selasa, 20 Januari 2009



Caleg PNI Marhaenisme DKI Jakarta
Optimis Memperoleh Suara Sugnifikan


   Para Calon Legislatif (Caleg) PNI Marhaenisme Dapil DKI Jakarta melakukan rapat kerja. Rapat kerja Caleg DKI PNI Marhaenisme dipimpin oleh Korwil Drs. Paiman Raharjo, SE, MM, M.Si dan didampingi oleh Ketua DPD PNI Marhaenisme DKI Jakarta Ketua: Abdul Aziz itu dikuti lebih dari 40 para Caleg yang terdiri dari DPRD dan DPR RI.
    Acara digelar di secretariat DPD PNI Marhaenisme Jl. Pulao nangka No. 1 RT07/08 Kec. Pulo Gadung, Kel. Pulo Gadung, Jakarta Timur, Minggu (18/1) kemarin. Menurut Drs. Paiman Raharjo, SE, MM, M.Si acara Rapat Caleg DKI tersebut untuk menyukseskan para caleg PNI Marhaenisme dalam Pemilu 2009.
    “Berkumpulnya para Caleg DKI Jakarta untuk menyukseskan para Caleg agar bisa duduk menjadi anggota dewan. Sebagai Korwil, saya optimis PNI Marhaenisme akan memperoleh suara yang signifikan,” kata Paiman meyakinkan.
Senada dengan Paiman Ketua DPD PNI Marhaenisme DKI Jakarta Abdul Aziz juga menyampaikan rasa optimisnya. Alasannya, PNI Marhaenisme satu-satunya partai yang konsisten dengan Marhaenisme ajaran Bung Karno.
    “PNI indentik dengan Marhaenisme. Artinya, PNI Marhaenimse yang konsisten membela kaum Marhaen, kaum yang tertindas oleh ganasnya kapitalisme. Juga kaum yang terpinggirkan dan wong cilik,” kata Abdul Aziz berapiapi. (gardo)

Teks: Para Caleg melakukan rapat pemenangan Pemilu (gardo)



Senin, 19 Januari 2009


PNI MARHAENISME DUKUNG
SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X JADI CAPRES
   DPP Partai Nasional Indonesia (PNI – Marhaenise) mendukung Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Capres. Hal itu dibuktikan dengan bertemunya kedua pimpinan tersebut di kediaman pribadi Sri Sultan Hamengku Buwono X di Jalan Suwiryo No 37, Menteng, Jakarta Pusat. Sukmawati mewakili partainya, menyatakan mendukung Sultan menjadi calon presiden.Sukma menyatakan, setelah menjaring aspirasi masyarakat, PNI Marhenisme melihat Sultan sebagai figur yang paling pas.
   Bagaimana jawaban penguasa Yogyakarta itu?"Saya siap-siap saja," kata Sultan usai pertemuan yang berlangsung satu jam lebih itu, Selasa, 13 Januari 2009. "Cuma Perlu ada pertemuan berikutnya, agar tidak beli kucing dalam karung," kata Sultan. Namun Sultan belum menjelaskan lebih rinci soal pertemuan berikutnya itu.
   “Pokoknya PNI Marhaenisme sudah bulat mendung Sultan. Dia layak menjadi pemimpinan nasional. Aspirasi dari DPD Se-Indonesia menyataakan Sultan menjadi Capres,” kata Ketua Organisasi DPP PNI Marhaenisme Ir.
Rinto Handoyo.
   Menurut Rinto, tekad PNI Marhaenisme sudah bulat untuk mendukung Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Capres pada Pemilu 2009 ini. “Dalam waktu dekat PNI akan menggelar Rapimpans untuk mendukung Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Capres,” terang Rinto meyakinkan (gardo)